tag:blogger.com,1999:blog-11357340007087516992024-03-14T13:09:07.475+07:00Penjelajahan Seni Tanpa BatasTEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-90577405083161913932012-12-23T09:52:00.002+07:002012-12-23T09:52:51.838+07:00MENGINGKARI KEAGUNGAN TEATER<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<img alt="" src="http://indonesiaseni.com/images/stories/konten/pertunjukan/rambutpalsu1.jpg" /></div>
<b><br /></b>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Pertunjukan RAMBUT PALSU, karya Peter Karvas oleh Teater Cassanova</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada
kebermulaannya teater adalah sebuah kebersamaan yang saling meluruhkan
tubuh dalam sebuah entitas yang saling telanjang. Teater merespon
“ketidaktahuan teks”dalam sebuah media yang paling intim, yaitu tubuh.
Era sentralisasi seni yang cenderung meniadakan “gejala” di luar dirinya
(Romantisisme seni) masih “menggejala” pada hari ini, yaitu bahwa
kebenaran dunia hanya dapat ditunjukkan melalui perbendaharaan
kebudayaan salah satunya seni, khususnya teater. Kemiskinan konteks ini
menjadi dalih bahwa seni masih sanggup menginterupsi ruang normatif,
padahal senyatanya masalah geo-politik di luar kesenian sudah sangat
“interupsionis” terhadap keseharian masyarakat. Seperti halnya dunia
sains telah begitu “tragis” semenjak ditemukannya virus ebola, kebocoran
lubang ozon, bayi tabung dan Bank sperma, lalu hal “teatrikal” apalagi
yang mesti diciptakan ulang oleh seniman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kesadaran
membaca “Otherness” yang mulai ditinggalkan oleh visi-misi berkesenian
para seniman mengakibatkan“kemandulan konteks”, dan “kemiskinan
adaptasi” akhirnya menggerogoti diri kesenian itu sendiri, dan akhirnya
seni mulai ditinggalkan masyarakat karena banyak hal-hal yang lebih
tragis terjadi dengan cepat di luar wacana tentang seni. Namun dalam
pertunjukan teater “RAMBUT PALSU” karya Peter Karvas yang dipentaskan
oleh kelompok Teater Cassanova di GK Dewi Asri STSI Bandung pada tanggal
23 Oktober 2012 adalah proses mengkaji sekaligus mencipta ulang
romantika seni, mereka menyiasati ketertinggalan seni khususnya teater
pada saat ini dengan menggunakan “strategi konteks”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Penyadaran
organisasi konteks itu dapat kita lihat dari peluruhan “keagungan
menara teater” itu sendiri, teater bersentuhan secara langsung dengan
denyut masyarakatnya secara luas, teater kembali menjadi heterogen
justru karena “keagungan itu diingkari oleh teater”. Keruntuhan menara
gading teater dijadikan sebuah ruang tanpa batas “homo-hetero” dalam
pertunjukan RAMBUT PALSU, mari kita lihat bagaimana proses pemecahan
“kemiskinan konteks” yang melanda dunia kekinian coba direformulasi oleh
pertunjukan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>Pemusatan yang Terpecah-Pecah</b><br />Secara
adaptatif keterpecahan sudah dimulai dengan hadirnya revolusi
komunikasi yang ditandai dengan munculnya handphone dan juga internet,
serta perangkat canggih telekomunikasi lainnya, akhirnya kebudayaaan dan
kesenian kita tidak lagi ditentukan oleh sistem keterpusatan namun
oleh retakan dan pecahan komunikasi yang tersebar. Maka persepsi teater
tidak lagi bisa seragam karena dia telah melewati proses keterpecahan
komunikasi yang beragam, negatifnya adalah bahwa ketidak-terpusatan ini
menjadikan ontologi teater tercerai berai, menjadi buih yang beragam
namun juga cepat hilang, hingga pusat menjadi kosong dan kering, sebab
telah direbut oleh pecahan-pecahan informasi di luar dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Menyiasati
keterpecahan itu pertunjukan RAMBUT PALSU memakai sistem “tanpa pusat”
justru untuk “memusatkan keterpecahan”. Praksisnya kita dapat melihat
dari berbagai kalangan yang hadir dalam pertunjukan rambut palsu,
berbagai kalangan tersebut menjadi penanda dari kemacetan penonton
teater yang melulu hanya ditonton jika tidak oleh orang teater itu
sendiri, seniman atau paling tidak orang yang pernah memiliki relasi
dengan kegiatan teater, selanjutnya adalah kesunyian publik teater yang
hanya berkutat di sekitar dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />RAMBUT
PALSU dari perspektif relasi seniman dan penonton telah berhasil
menyedot “dunia ketiga” yang terpecah-pecah tersebut dalam sebuah
“keintiman ala teater yang memusatkan”. Ini adalah strategi yang tentu
menjadi salah satu tawaran bagaimana teater bersentuhan dengan berbagai
keterpecahan informasi, bagaimana seniman selain sebagai penyaji juga
pengkaji yang mengolah strategi dalam menghadapi realitas tesebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Publik Teater Pasca-Drama</b><br />Secara
bentuk RAMBUT PALSU adalah konvensi drama yang amat akademis, ini dapat
dilhat dari begitu “matematis-nya” struktur drama yang berbau BABAK
juga EPISODIK, namun Wanggi Hoediyatno sebagai Sutradara tidak hanya
ingin menyuguhkan dunia keteraturan tersebut secara mentah, dia mencoba
menggagas pengalaman tekstual akademisnya dengan pengalaman konteksual
kesenimanannya, sebagai salah satu produk resmi akademi teater yang
formalistik, Sutradara Wanggi Hoediyatno dan Penata artistik Rackasiwa
Priwansa sudah lebih dahulu dikepung oleh berbagai proses pemusatan yang
berorientasi pada pedagogi yang drama-sentris, ini adalah penciptaan
yang paradoks sebab menyejarah dalambegitu panjangnya kesimpang-siuaran
antara drama dan teater di indonesia, hingga mengapa akhirnya teater
modern indonesia selalu berbau “Drama”, meski sejarah teater-nya telah
panjang terbentuk sebelum lahir kebiasaan mencatat (drama) dan menghapal
drama ini hadir. RAMBUT PALSU sendiri adalah drama yang ditulis oleh
Peter Karvas yang bercerita tentang sejarah pembantaian ummat Yahudi
yang direka oleh Kaum Nazi, namun secara alegoris pengaburan atas campur
tangan seni diproyeksikan dengan Nazi sebagai“kaum berambut”dan yahudi
sebagai “kaum botak”, kemuliaan aryasentrisme ditunjukkan dengan RAMBUT
dan ketidak-muliaan Yahudi ditandai dengan TANPA RAMBUT.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Wanggi
Hoediyatno yang dikenal sebagai seniman pantomime ini membuat sebuah
ruang kreasi baru, yang saya sebut adalah “serba-serbi performance
pasca-drama”, ini dapat kita lihat dari awal kehadiran menonton,
bagaimana pertunjukan yang diadakan di Gedung kesenian Dewi Asri STSI
Bandung dibuat sangat berwarna secara bentuk dan praksis, pada jalan
yang dipakai untuk memasuki GK Dewi Asri kita disuguhi oleh motor-motor
besar ala eropa kuno yang menandakan sebuah perburuan kaum-kaum botak.
Raungan dari motor sebagai sihir pertama teater, manjur mengundang rasa
ketertarikan pada apa yang akan terjadi selanjutnya, mengolah rasa
kepenasaranan yang dimiliki oleh reka-kreasi seniman berhasil membuat
sesak dan penuh oleh penonton di latar parkrir GK Dewi Asri, lalu
setelah itu kita memasuki gedung bawah Dewi Asri yang sudah dipersiapkan
dengan instalasi-instalasi mayat-mayat yang diwarnai dengan bambu-bambu
runcing mengoyak daging-daging korban pembantaian, sebuah sawah mayat,
tentu dengan tembakan mutimedia bergambar korban-korban yahudi yang
orisinil sebagai salah satu tanda keterpecahan antara kemurnian teater
dan sebuah dunia visual yang kini menjadi entitas baru dalam pengucapan
tekhnik seni teater.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Lalu
kita menuju ruang utama pertunjukan di mana terlihat pembagian
keterpecahan tersebut berlanjut dalam ruang utama pentas, di sana penata
artistik Rackasiwa Priwansa membagi elemen pentasnya menjadi 3 <i>hall</i>
utama, yaitu kantor para tentara kaum berambut, dia rupakan dengan
bentuk kantor yang kelam dan kaku, padat dengan bebatuan granit yang
keras dan mengancam, lalu tempat kaum botak yang dihadirkan di
tengah-tengah penonton seperti sebuah “interupsi ruang” yang tiba-tiba
hadir di samping penonton, kenyamanan yang biasanya hadir dalam hubungan
komunikasi yang saling mengamankan, tekhnik normal dimana penonton aman
dan nyaman menonton teater, aktor nyaman melakukan aksinya di buat
tidak-netral oleh Wanggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ruang
musikal sendiri menjadi olah atraksi yang cukup kreatif, penempatan
pemusik yang kali ini dibuat seperti mini-orkestra yang dibuat
berdekatan dengan kursi penonton secara bersama-sama mencairkan
ketegangan yang telah terpecah-pecah, bagaimana ruang penahanan, kantor
dan tempat musik menjadi sangat menyatu sekaligus terpecah, realitas
dunia ketiga telah masuk menjelajahi bentuk teater, nilai positif yang
dapat diambil dari keterpecahan komunikasi betul-betul disadari dan
diolah dengan baik oleh sang penggarap. Lalu kita lihat Bagaimana
inti-drama yang menaruh kekuatan akting sebagai narasi sihir ini
dimainkan? Aktor yaitu Ad Akbar, Wail Irsyad, Wawan, Aldino dan Ridwan
Anugerah mempresentasikan kejenakaan tentang pembantaian manusia dengan
intensitas laku yang sederhana, fase demi fase.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Fase
komikal dapat kita lihat dari perwujudan Wail Irsyad yang dengan serius
mengolah mimik aktingnya dalam sebuah konfigurasi ajudan yang
mentah-mentah menaati jendralnya, dia sangat setia dan juga mengolah
tubuhnya secara intensif. Pergerakannya amat naturalistik, dengan
takaran yang bertumbuh, lalu kita lihat bagaimana Ad Akbar yang
memainkan Jendral Hog bermain dalam keteraturan seorang Jerman-barbar,
jendral tua tersebut bergoyang, berjungkit, juga mengalun dalam
representasi kecapaian dan kelelahan, yang dia sampaikan secara <i>clowny</i>,
peran-peran tersebut menjadi sangat sinergis dengan tembak menembak
antara musik dan akting, terjadi kesatuan yang justru mengembalikan
khazanah kelenturan seni pertunjukan seperti teater tradisi longser jawa
barat, teater ketoprak di betawi atau bahkan “commedia d’la arte” di
Itali yang begitu kaya akan spontanitas, hanya bedanya spontanitas
RAMBUT PALSU, adalah spontanitas yang direncanakan dan dilatihkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Akhirnya
pertunjukan ini menjadi tidak berbatas, dan terlihat tanpa babak,
sangat halus dan menjanjikan sebuah peristiwa teater yang membumi dan
tidak berpretensi memuliakan teater sebagai menara gading, keseragaman
dan pemusatan yang memasung “the otherness.” Memang sudah seharusnya era
dunia ketiga, ditanggapi dan diakhiri oleh praktisi teater dengan
strategi dan siasat keterpecahan, agar komunikasi yang semakintanpa
pusat di era ini dapat kita ambil nilai positifnya, bagaimana
konsentrisme teater yang gagap berhadapan dengan dunia televisi dan film
dikaji secara bermain-main, tidak tegang namun justru memanfaatkan
jejaring mereka. Perlu ada kesadaran bahwa kebudayaan tidak lagi
bersumber dari penciptaan seni saja namun menyejarah berjejaring luas,
terkait dengan kondisi politik dan sains yang lebih radikal.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
Penulis: Riyadhus Shalihin</div>
<div style="text-align: right;">
Foto: May Lodra Nurohman</div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<div style="text-align: left;">
sumber :</div>
<div style="text-align: left;">
http://www.indonesiaseni.com/index.php?option=com_content&view=article&id=821:mengingkari-keagungan-teater&catid=13:peristiwa-pertunjukan&Itemid=39 </div>
</div>
TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-20607107216333098632012-12-23T09:52:00.001+07:002012-12-23T09:52:26.776+07:00Link Berita tentang Pertunjukan Teater Cassanova "Rambut Palsu" karya Peter Karvas" <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8bOsDfpRwTQIhEZwGhdFFOkIO7eQVWGL3QMuTYBMg3ZQWVEj-StTmizT-L7kfjnK6Oxce_60B3mXFDkZWqTSrMGw1Fmkxexy9_EeRxgz9EorPjDO4LZsSLloNdbXZSTGJgziuByjCPhsm/s1600/Photography-By-May-Lodra-Nurohman-2-300x199.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8bOsDfpRwTQIhEZwGhdFFOkIO7eQVWGL3QMuTYBMg3ZQWVEj-StTmizT-L7kfjnK6Oxce_60B3mXFDkZWqTSrMGw1Fmkxexy9_EeRxgz9EorPjDO4LZsSLloNdbXZSTGJgziuByjCPhsm/s1600/Photography-By-May-Lodra-Nurohman-2-300x199.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
sumber :<br />
http://mediateater.com/?p=117<br />
<br />
http://www.indonesiaseni.com/index.php?option=com_content&view=article&id=821:mengingkari-keagungan-teater&catid=13:peristiwa-pertunjukan&Itemid=39<br />
<br />
http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19371:mengingkari-keagungan-teater&catid=46:panggung&Itemid=198</div>
TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-17366780195815462252011-04-05T18:12:00.005+07:002011-04-05T21:53:47.342+07:00Catatan Penyelenggaraan West Java - Indonesia World Theater Day "Teater Tidak Mungkin Berdamai"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: black;"><b></b><span style="color: red; font-size: x-large;">Teater Tidak Mungkin Berdamai</span></div><div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiTvjTufRnXV8bLr3jPsiZ2Hgvh3t-0MOWbphW-YWO-c9EtlHO9BYH8lJBC1XnVI6f16bdEUHpPw0ILzQ3AP6NTnTUtnHIovw3ATUX9Gbn9i5ZN_b8VeOtVhHB6V0ZmVVZmfA9hljJUr3V/s1600/hiburan+dan+seni-budaya-hari-teater-internasional-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiTvjTufRnXV8bLr3jPsiZ2Hgvh3t-0MOWbphW-YWO-c9EtlHO9BYH8lJBC1XnVI6f16bdEUHpPw0ILzQ3AP6NTnTUtnHIovw3ATUX9Gbn9i5ZN_b8VeOtVhHB6V0ZmVVZmfA9hljJUr3V/s1600/hiburan+dan+seni-budaya-hari-teater-internasional-01.jpg" /></a></div><div style="color: black;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5uLRSosuzpyZ3UNnHlQJ-nGduJm1uXIOFDZ0dURkNhzNOlbAXfFQ38P3ettu04S8fTNwfl7BHRGjg9OARx03nFgyXf8N90vjxkqDvbRZNY8aGAN4o3_qxfUjyOJ7qWI-4VfiOe3rk2-G/s1600/197981_1746064457441_1413666708_31697307_491487_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMchRkRqdNIM31ENkLu0wiY1Hodjpm-GChAjHvCvFuktPOTQv2GVuLK-LZPnnTVYE0CZ_MOkEcs9Yqnm2kdEPlxfZ7VV-XXI78_LzgbLpx17fSl4DOttQPyqnHF8L7qNjI3DcBJO1FFxMb/s1600/208578_1746048177034_1413666708_31697265_5743292_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> </a></div><div style="color: white; text-align: justify;">Teater mencoba mengambil posisi penting dalam menyuarakan perdamaian. Ini adalah fakta setelah Institut Teater Internasional (ITI) pada 27 Maret tahun 1961 menciptakan Hari Teater Sedunia. Setelah hari itu komunitas teater internasional selalu rutin merayakan Hari Teater Sedunia. Begitu pula di Bandung, hari Minggu 27 Maret 2011 di Dago Car Free Day. Melalui inisiatif Teater Cassanova yang kedua kalinya, beberapa komunitas teater di Bandung berkumpul untuk merayakan Hari Teater Sedunia ke-50 ini, seperti: Laskar Panggung, Teater Toonel, Syarekat Ababil, Teater Candu, Teater Tjerobong Pabrik, Teater Senapati, Teater Dupa, Temma 23, Teater Patih, Mime SMAN 21, Mime SMAN 15, dan Keluarga Mahasiswa Teater STSI Bandung.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMchRkRqdNIM31ENkLu0wiY1Hodjpm-GChAjHvCvFuktPOTQv2GVuLK-LZPnnTVYE0CZ_MOkEcs9Yqnm2kdEPlxfZ7VV-XXI78_LzgbLpx17fSl4DOttQPyqnHF8L7qNjI3DcBJO1FFxMb/s1600/208578_1746048177034_1413666708_31697265_5743292_n.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMchRkRqdNIM31ENkLu0wiY1Hodjpm-GChAjHvCvFuktPOTQv2GVuLK-LZPnnTVYE0CZ_MOkEcs9Yqnm2kdEPlxfZ7VV-XXI78_LzgbLpx17fSl4DOttQPyqnHF8L7qNjI3DcBJO1FFxMb/s400/208578_1746048177034_1413666708_31697265_5743292_n.jpg" width="400" /></a>Di ruang penuh manusia yang mencoba berolah raga itu mereka memperjuangkan misi perdamaian di dunia, tentu saja dengan cara teater. Ada yang menggunakan cat-cat warna warni pada tubuhnya lalu berlaku dengan gaya <i>pantomime</i>.Ada tubuh-tubuh yang terbungkus selimut tetapi mulutnya besar dan tersenyum lebar dan menidurkan dirinya sendiri di jalanan aspal. Ada yang menggunakan pakaian-pakaian ala romawi yang diornamentasi batik. Ada juga perempuan-perempuan yang membawa pistol mainan, badut, anak kecil berseragam SD yang tergelepar di atas buku undang-undang. Tetapi tentu saja misi mereka sama, mencoba menyuarakan budaya perdamaian di Hari Teater Sedunia.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqqa0XNw17Tqk0gETMse3TN37uEo82E8jAHQSqvoyD-44dgRhnmslqBCoSq3hexnyD7R6PjVPDZvRWKGuvif31v5yvdSXvV_Ff15su1z09Pd9UVZneSfGGKjInI7orkalUwN7Z9rwk8vKc/s1600/197487_1718442046898_1413666708_31689513_5269571_n.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqqa0XNw17Tqk0gETMse3TN37uEo82E8jAHQSqvoyD-44dgRhnmslqBCoSq3hexnyD7R6PjVPDZvRWKGuvif31v5yvdSXvV_Ff15su1z09Pd9UVZneSfGGKjInI7orkalUwN7Z9rwk8vKc/s400/197487_1718442046898_1413666708_31689513_5269571_n.jpg" width="400" /></a>Tetapi jauh dari itu, Teater di dalam dirinya masih menyimpan masalah di sana-sini. Ya, selain terus mencoba membangkitkan pemuliaan kehidupan dengan masih terjadinya produksi-produksi teater di berbagai tempat, teater ternyata masih rapuh. Rapuh karena tak jarang ditinggalkan oleh pelakunya sendiri, dan ditinggalkan dengan hal-hal klasik seperti urusan finansial. Lalu bagaimana teater menjaga agar tidak ditinggalkan oleh penontonnya? Penonton yang datang ke pertunjukan teater untuk menghormatinya. Afrizal Malna pernah mengatakan, bahwa satu-satunya kekayaan teater adalah ia tetap bisa mencipta di tengah-tengah kemiskinan. Mata teater jangan nanar melihat tumpukan uang yang ada dihadapannya, di dalam kaca televisi, di balik berita-berita korupsi yang berdesak-desakan dengan berita-berita lain dan dengan kepentingan lain.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5uLRSosuzpyZ3UNnHlQJ-nGduJm1uXIOFDZ0dURkNhzNOlbAXfFQ38P3ettu04S8fTNwfl7BHRGjg9OARx03nFgyXf8N90vjxkqDvbRZNY8aGAN4o3_qxfUjyOJ7qWI-4VfiOe3rk2-G/s1600/197981_1746064457441_1413666708_31697307_491487_n.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5uLRSosuzpyZ3UNnHlQJ-nGduJm1uXIOFDZ0dURkNhzNOlbAXfFQ38P3ettu04S8fTNwfl7BHRGjg9OARx03nFgyXf8N90vjxkqDvbRZNY8aGAN4o3_qxfUjyOJ7qWI-4VfiOe3rk2-G/s400/197981_1746064457441_1413666708_31697307_491487_n.jpg" width="400" /></a>Lalu, perdamaian seperti apa yang dicari teater? Sementara kekerasan terjadi dimana-mana. Bagaimana caranya? Apakah teater harus sering melucu dengan gaya pantomime dan mebuat orang tertawa? Apakah teater perlu terus tesenyum melebihi wajahnya yang kusut karena infrastrukturnya yang jauh dari ideal? Bagaimana mencari perdamaian sementara masih ada manusia?</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;"> Perdamaian, sepertiya sulit dijangkau, utopis. Tetapi yang menarik dari misi bersama ini adalah komunitas atau para pelaku teater mempercayai medianya sebagai media paling halus dalam menyuarakan misi perdamaian ini yang berbeda dengan media lain yang malah memperburuk identitas kemanusiaan, seperti perang misalnya. Walaupun seperti Komunitas Teater di Uganda, mereka masih belum bisa membuktikannya. Pembuktian inilah yang mungkin perlu diuji terus, maka tentu saja teater perlu melahirkan gagasan dan bentuknya yang mungkin akan terus sedemikian menjadi lain. Lain gagasan, lain bentuk dan lain pencipta.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz1-eq8vAsWJV_X7NG9AQBlw4R5wOXiRygxgHij19xWbUWpbyBzCd4IAzhtlj_jPk6B8CVo1AmOQEnMcAZDxvY8mojYVLLzI7fDVpyHpEg9lxkgzvDOptYYVLhfdxnxpcpRIoeRzZ149ms/s1600/200486_1718451687139_1413666708_31689546_7547021_n.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz1-eq8vAsWJV_X7NG9AQBlw4R5wOXiRygxgHij19xWbUWpbyBzCd4IAzhtlj_jPk6B8CVo1AmOQEnMcAZDxvY8mojYVLLzI7fDVpyHpEg9lxkgzvDOptYYVLhfdxnxpcpRIoeRzZ149ms/s400/200486_1718451687139_1413666708_31689546_7547021_n.jpg" width="400" /></a>Teater masih perlu ada, selama manusia ada. Seperti perdamaian yang tetap disuarakan meskipun mungkin tidak pernah ada. Teater diperlukan sebagai cermin bagi manusia hari ini yang “jarang bercermin”, mungkin malah cerminan itu melebihi manusianya itu sendiri. Hari Teater Sedunia dirayakan tidak seperti hari-hari besar lain. Tidak seperti Hari Kemerdekaan Indonesia atau Hari Raya lainya. Karena meskipun menyuarakan misi perdamaian, teater tidak harus juga berdamaian dengan kemanusian yang compang-camping dihadapanya. Tentu saja dengan kemiskinan yang mendera sekaligus jadi teman untuk mencipta untuk tetap kritis berhadapan dengan segala kemapanan. Dengan segala perdamaian palsu.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white; text-align: justify;">*<i>Taufik Darwis, sutradara, tinggal di Bandung</i></div></div>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-31414967747414025632011-03-03T13:03:00.000+07:002011-03-03T13:03:22.048+07:00The International Theatre Institute is celebrating World Theatre Day In the Presence of Jessica Kaahwa, Author of the International Message 2011<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<span style="color: red;"><span style="font-size: x-large;">The International Theatre Institute is celebrating<br />
World Theatre Day<br />
In the Presence of Jessica Kaahwa, Author of the International Message 2011</span></span></div>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-61586998126171697672011-02-25T21:33:00.000+07:002011-02-25T21:33:34.642+07:00Penjelajahan Seni Tanpa Batas: 27 Maret 2011 Teater Cassanova dalam perayaan WORLD TEATER DAY<a href="http://teatercassanova.blogspot.com/2011/02/27-maret-2011-teater-cassanova-dalam.html">Penjelajahan Seni Tanpa Batas: 27 Maret 2011 Teater Cassanova dalam perayaan WORLD TEATER DAY</a>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-51701735615621223622011-02-24T23:06:00.002+07:002011-02-25T21:27:54.240+07:0027 Maret 2011 Teater Cassanova dalam perayaan WORLD TEATER DAY<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left; text-indent: 0.5in;"><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: red;">WEST JAVA – INDONESIA WORLD THEATER DAY 27 MARET 2011</span></b></span></div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAX6H_ZZzJ9JsVIf3RY_bK5NgLv9NBFBWgVccKalFzKPFMsA9OkrTaPRwqZHVgZSo3E8lXsuj3Q1veOu8x51JMY_VeXYqdIGKJwVZud89FekdBvhBmgUO_B4M1X9WW9qpaHpYtjEb5WHDl/s1600/alw.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAX6H_ZZzJ9JsVIf3RY_bK5NgLv9NBFBWgVccKalFzKPFMsA9OkrTaPRwqZHVgZSo3E8lXsuj3Q1veOu8x51JMY_VeXYqdIGKJwVZud89FekdBvhBmgUO_B4M1X9WW9qpaHpYtjEb5WHDl/s320/alw.jpg" width="227" /></a><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Berangkat dari sebuah penjelajahan tanpa batas-batas, kami menyadari betapa sangat luas teater itu untuk di “ceritakan”. Ada banyak hal yang harus di bahas berkaitan dengan seni teater. Tidak menjadi mustahil jika seniman mulai abad yunani hingga abad kontemporer saat ini mengakui bahwa teater tidak hanya dimiliki oleh orang-orang drama, tapi seluruh yang bernama seni pertunjukan, yang di ciptakan untuk di tunjukkan keatas panggung, baik panggung itu konvesional maupun nonkonvensional akan tetap bernama teater atau kita kenal seni pertunjukan. 27 Maret adalah tanggal yang ditetapkan dan mendapat pengakuan dan kesepakatan dari UNESCO sebagai tanggal dimana teater akan masuk pada hari teater sedunia. Seluruh dunia serentak memperingati World Teater Day termasuk Indonesia bersama Teater Cassanova. Kami hanya akan mengungkapkan kesadaran pertahanan ruang budaya untuk tetap terjaga dan ditegakkan. Kesadaran berkesenian dan kepedulian akan hasil ciptaan harus digambarkan melalui tindakan agar terhindar dari sikap ketidak wajaran dalam melangkah bagi generasi selanjutnya karena terputus dari akarnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">27 Maret 2011 semua seniman akan melihat hari idioleginya. Kemanusiaan kembali disuarakan setelah lama tidak di kumandangkan. Semua teks, semua bunyi dan musik, gerakan dan tubuhnya, nurani dan kemanusiaannya akan melihat panggungnya sendiri-sendiri. Semua yang bernama keindahan dan kejujuran nurani di imani keberadaannya. Semua ekspresi manusia menjelma menjadi karya. Manusia bisa hidup dan terbaca jajaknya hanya karena karya yang ia tebarkan di muka bumi. Sifat penciptanya yang dititipkan kepada manusia adalah kewajiban yang harus dirawat dan difungsikan. Jika masih ada manusia yang tidak mencipta maka keberadaannya sama dengan tiada.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"> <span id="goog_1703770326"></span><span id="goog_1703770327"></span>Hari teater sedunia ini adalah hari dimana semua manusia sedunia kembali diajak untuk bangkit dari kubur ketidak berdayaan lewat karyanya sendiri. “aku berfikir maka aku ada” ungkap </span><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif";">Rene Descartes</span><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">. bukti bahwa kita ada, bangsa ini ada, dunia ini ada.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Palatino Linotype", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Viva Teater…!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><span class="hps"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt;">Ditulis oleh</span></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt;">: <span class="hps">M.</span> <span class="hps">Wail</span> <span class="hps">Irsad</span> <span class="hps">&</span><span class="hps"> Alwin</span> <span class="hps">Prayoga</span></span></div>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-26199612085353773052010-11-22T19:00:00.000+07:002010-11-22T19:00:20.109+07:00Theme Song Pertunjukan Teater CassanovaKini teater Cassanova coba memberikan informasi kepada kawan2 tentang beberapa lagu-lagu yang terinspirasi dari pertunjukan Teater Cassanova sendiri seperti <em>Univesitas Orang-0rang Mati, Rahwana Sinta, Persidangan Para Aktor, Sajak Sang Pecinta, </em>dan lainya.<br />
<br />
bagi teman teman yang mau download lagu-lagunya bisa di persilahkan dan Gratis.<br />
<br />
<strong>1. </strong><strong>Universitas Orang-Orang Mati </strong>ada 2 lagu<br />
<a href="http://www.ziddu.com/download/12646106/NyanyianUniversitasOrang2Mati.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12646106/NyanyianUniversitasOrang2Mati.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu <strong>Nyanyian Universitas</strong><br />
<a href="http://www.ziddu.com/download/12646105/NyanyiandiPadangTandus.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12646105/NyanyiandiPadangTandus.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu <strong>Nyanyian Padang Tandus</strong><br />
<br />
<br />
<strong>2. Sajak Sang Pecinta</strong><br />
<strong> </strong><a href="http://www.ziddu.com/download/12645374/Kata-kataBersayapApi.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12645374/Kata-kataBersayapApi.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu <strong>Kata-Kata Bersayap Api</strong><br />
<br />
<strong>3. Hutan Hujan Malam Pelarian</strong><br />
<strong> </strong><a href="http://www.ziddu.com/download/12645801/Requiem%20Of%20Escaping%20Rainy%20Night.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12645801/Requiem Of Escaping Rainy Night.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu <strong>Requiem Of Escaping<br />
Rainy Night</strong><br />
<br />
<strong>4. Persidangan Para Aktor</strong><br />
<strong> </strong> <a href="http://www.ziddu.com/download/12645938/SidangParaAktor.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12645938/SidangParaAktor.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu <strong>Sidang Para Aktor</strong><br />
<br />
<strong>5. Rahwana Sinta</strong><br />
<a href="http://www.ziddu.com/download/12645937/SongofRavana.mp3.html" title="http://www.ziddu.com/download/12645937/SongofRavana.mp3.html"><strong>INI</strong></a> untuk lagu Song Of Ravana.<br />
<br />
selamat mendownload dan selamat mendengarkan..... (alw)TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-78027437769159887222010-08-20T00:15:00.000+07:002010-08-20T00:15:23.072+07:00MENTALITAS GENG DAN SPIRIT KOLEKTIF YANG KREATIF<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande'; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 11px;"><br />
</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande'; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 11px;"> </span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande'; font-size: small;"><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span lang="SV"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Oleh: Dian Ardiansyah</span><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pada sebuah proses pertunjukan teater, seringkali terjadi perdebatan soal otoritas sutradara sebagai penggagas ide pertunjukan dan posisi aktor dalam mencari ruang kreatifnya diatas pentas. Tidak jarang juga kita dengar atau bahkan kita saksikan sendiri bagaimana peran sang sutradara akhirnya mampu membunuh peran sang aktor diatas panggung ketika sang sutradara hanya menjadikan mereka sebagai elemen artistik yang ingin ia tampilkan, aktor tidak lebih sebagai boneka diatas panggung. Atau kita sering melihat bagaimana kelangsungan proses sebuah kelompok teater akhirnya terlalu bergantung pada funding father yang mereka miliki, sehingga akhirnya ketika mereka tak lagi akur dengan funding tersebut maka kelompok teaternya segera menjadi almarhum.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ini adalah gambaran atau sketsa yang sering kita saksikan sebagai penikmat atau bahkan mungkin kita rasakan sebagai pelakon dalam dunia teater. Semua hal diatas sebenarnya menjadi masalah yang tidak perlu dipusingkan, hanya jika kelompok memiliki satu spirit keberangkatan yang setara. Pada tulisan ini, saya akan mencoba menjelaskan proses berkreatifitas Teater Cassanova selama 7 tahun perjalanannya tanpa pernah bergantung pada funding father dan tetap dapat bekerja secara maksimal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><b>Membangun mentalitas geng atau tim sepakbola<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><b><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><b><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></b></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Di dalam sebuah tim sepakbola, semua pemain menempati posisi masing – masing dan mereka bekerja untuk tujuan yang sama yaitu membuat gol. Begitu juga dalam sebuah geng, peran ketua menjadi sangat tidak dominan karena sewaktu – waktu ketika ia tertembak dan mati oleh geng lain, segera posisi strategis dan taktis tersebut bisa tergantikan dengan cepat. Spirit inilah yang melandasi gaya kerja kami, Teater Cassanova. Di dalam sebuah proses kreatif, posisi sutradara selalu setara dengan aktor<b>. </b></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Diskusi dan perdebatan kreatif antara sutradara dan aktor selalu terjadi pada saat evaluasi latihan. Peran sutradara disini tidak lagi sebagai ”Tuhan” pada pertunjukan yang akan dipentaskan, ia menjadi partner seluruh elemen pertunjukan. Mungkin tulisan ini akan dibantah dengan mengatakan bahwa sekalipun dengan gaya otoriter sutradaranya, semua pertunjukan teater tetap memiliki spirit kolektivitas. Akan tetapi, Teater Cassanova selalu beranggapan bahwa kerja tim adalah ketika seluruh komponen tim tersebut mampu memberikan intelektualitasnya secara langsung dengan spirit kesetaraan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Banyak orang yang menyatakan bahwa sebuah kelompok teater dapat menghasilkan banyak aktor, tetapi mereka tidak dapat mencetak sutradara. Teater Cassanova mencoba untuk mematahkan pernyataan itu, kami membuat beberapa laboratorium di dalam kelompok untuk menemukan metodologi dan formulasi. Hingga saat ini Teater Cassanova telah memiliki 6 orang sutradara, dengan sistem giliran yang diberlakukan di kelompok kami. Soal melahirkan sutradara di dalam kelompok adalah persoalan memberikan ruang bagi seseorang untuk mencipta, soal bagaimana kejembaran hati dalam memberikan orang lain kesempatan untuk membuat sesuatu. Teater Cassanova selalu melakukan pendidikan ini bagi anggotanya yang memiliki minat di bidang sutradara sehingga kami dapat mengukur sejauh mana perkembangan ide kreatif dari tiap sutradara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><b>Sang Kepala Geng<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Teater Cassanova tidak membangun kelompok berdasarkan pola hierarki, sehingga proses pemilihan ketua kelompok juga diajukan secara terbuka setiap tahunnya. Mengapa setiap tahun? ini adalah proses melakukan rotasi yang sehat dan regenerasi yang baik bagi tiap anggota untuk mengembangkan proses nalar kreatifnya. Juga sebagai kelompok muda yang progressif kami merasa perlu untuk membongkar seluruh potensi yang ada pada anggota sehingga seluruh anggota siap untuk melanjutkan misi kelompok di garda depan perteateran Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><b>Penjelajahan Seni Tanpa Batas<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Spirit penjelajahan seni tanpa batas itu sendiri bukan tanpa makna bagi kami. Kami menyadari bahwa tidak ada yang benar – benar baru di dalam dunia teater, semua bentuk narasi besar teater hingga segala jenis filsafat telah ditelurkan jauh sebelum kita. Akan tetapi, spirit penjelajahan ini lebih pada usaha untuk tidak mengkotak – kotakkan kesenian, tidak terjebak pada satu genre teater yang baku, atau bahkan mencoba menabrak beberapa genre dan gaya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pada setiap prosesnya, semua anggota memberikan gagasannya. Justru disini menariknya, terkadang dari seluruh gagasan yang dilontarkan, lahir beberapa ide yang brilian, eksentrik, gila, aneh, dan bahkan brutal dan diterima oleh forum.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai kelompok muda, spirit penjelajahan seni tanpa batas yang kami dengungkan akan terus dilakukan. Bukan sebagai bentuk kebingungan kami akan identitas kelompok, akan tetapi sebagai wujud dari kehausan kami akan ilmu pengetahuan dan kecintaan kami pada keindahan. Oleh karena itu penjelajahan adalah cara kami untuk menemukan bentuk serta konten yang segar dan selalu dapat dinikmati oleh penonton. Cita – cita sebagai Teater Garda Depan Indonesia bisa segera diwujudkan bukan karena kedekatan dengan media massa dan funding father saja, akan tetapi karena ide – ide sebuah kelompok teater (terutama anak muda) mampu diterima publik dan lebih mengedepankan sisi edukasi massa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><!--EndFragment--> </span>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-19071100736755288392010-08-01T14:21:00.001+07:002010-08-01T15:05:44.696+07:00Kutipan Media Cetak Mengenai Pertunjukan Teater Cassanova.<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: red;"><span style="font-size: x-small;"><span class="UIStory_Message">RangkaianPertemuan Teater Bandung 15-17 Juli 2010@Kampus STSI Bandung</span></span></h3><br />
<div class="MsoNormal" style="color: red; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: large;">Pertunjukan Teater Cassanova <b><i> </i></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: red;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><b><i>"Perburua vs Pelarian" Dalam Musium Tubuh Mat</i></b>i.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Karya A.ad</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Sutradara M. Wail Irsyad </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: yellow;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">Teater Casonava yang menggunakan halaman STSI Bandung, dengan sadar memasukkan potensi agresi publik ke dalam disain dan struktur pertunjukan yang telah mereka siapkan. Dua kelompok band dan beberapa ikon publik (mobil, motor, gaya hidup, pasukan tentara) mereka pasang sebagai persuasi menghadapi agresi publik. Hasilnya memang kolaborasi antara pertunjukan dan publik.<b> (AFRIZAL MALNA, penyair, Pengamat seni) </b></span><br />
<span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><b><a href="http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149920">http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149920</a> </b></span><br />
<span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><b> </b><br />
<o:p></o:p></span></div><div class="separator" style="clear: both; color: yellow; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6cCPCLZGUBt9UIw9YQlgWoHhrNmfHBghUQmZwSrrlaJKOkyR6q9a_7lF27Fuhu6m9FjXOofk7MopdUFMQesRM4QMslL7BXDtznL461y7_TIYhAzm5vzSSdAiNWzCIodjshxmErdlETodU/s1600/Pertunjukan+perburua+vs+pelarian.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6cCPCLZGUBt9UIw9YQlgWoHhrNmfHBghUQmZwSrrlaJKOkyR6q9a_7lF27Fuhu6m9FjXOofk7MopdUFMQesRM4QMslL7BXDtznL461y7_TIYhAzm5vzSSdAiNWzCIodjshxmErdlETodU/s320/Pertunjukan+perburua+vs+pelarian.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: yellow;"><span style="font-size: 10pt;">Teater Cassanova mempersembahkan Dalam Museum Tubuh Mati karya Aad Akbar yang disutadarai oleh M. Wail Irsyad. Pertunjukannya eksplosif. Blocking yang bergerak menyerupai pawai atau karnaval kecil dengan distorsi kostum dan make up. Panggungnya bertumbuh, memecah, menabrak, dan memasuki ruang ramai penonton. Unjuk kebolehan, ketangkasan, kecepatan, dan akrobatik tubuh dari sejumlah aktornya. Sirine, life band, motor, mobil serta deru-raungnya hadir menjadi bagian dari pertunjukan. Riuh, hidup, dan bergejolak. </span></div><div style="color: yellow;"><span style="font-size: 10pt;">Aksi kejar-kejaran, saling serang antara perampok dan polisi, pertaruhan merebut satu kopor dan sebuntal benda rampokan, uang barangkali. Aksi sigap, saling mewaspadai, menyerang, terkam-terkaman lantas kabur memperlihatkan agresivitas di satu pihak, dan hura-hura pesta musik di lain pihak. </span></div><div style="color: yellow;"><span style="font-size: 10pt;">Bersatu memperkuat diri, menghantam, dan mengagresi pihak lawan. Kesetiaan, pengkhianatan, dan perceraian hadir di dalamnya. Pada akhirnya Joker merebut kopor dan benda rampokan. Polisi dan perampok diseret oleh hasratnya, digiring bak kerbau dicocok hidung mengikuti benda rampasan mereka. Yang berjuang, yang bertempur, dan berlelah-lelah tidak pernah menang. Mereka cuma jadi permainan. Joker pengendali kisah tetap menjadi pemenang dan penikmat hasilnya.</span></div><span style="font-size: 10pt;"><span style="color: yellow;">Pertarungan hidup, saling mengagresi, adu licik dan muslihat, hura-hura dan keriuhan pesta memperlihatkan gaya dan kerasnya kehidupan kota. Semuanya bergerak tanpa ruang jeda. Tanpa jarak dan batas. Yang licik, si tukang muslihat, pemegang, dan pengendali kisahlah yang berhak atas hidup. Yang utama adalah menang, menuai hasil tanpa harus berdarah-darah. Ilmu menguasai jauh lebih unggul daripada martabat kerja dan proses. Semua hadir, tumpah-ruah. </span><b style="color: yellow;">(Silvester Petara Hurit, esais, pemerhati seni pertunjukan)</b><span style="color: yellow;"> </span></span><br />
<span style="font-size: 10pt;"><span style="color: yellow;"><a href="http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149922">http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149922</a> </span></span><br />
<span style="font-size: 10pt;"><span style="color: yellow;"></span><br />
<o:p></o:p></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-84611581648621981812010-07-28T04:58:00.002+07:002010-08-01T05:59:19.551+07:00FlickrThis is a test post from <a href="http://www.flickr.com/r/testpost"><img align="absmiddle" alt="flickr" border="0" height="18" src="http://www.flickr.com/images/flickr_logo_blog.gif" width="41" /></a>, a fancy photo sharing thing.TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1135734000708751699.post-5409372715033509992010-01-08T01:21:00.003+07:002010-11-30T19:07:54.821+07:00TRACK RECORD TEATER CASA NOVA BANDUNG 2003 - 2010<div style="color: red;">TRACK RECORD TEATER CASA NOVA BANDUNG 2003 - 2010</div><div style="color: white;"><br />
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-hyphenate:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:#00FF;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2010</span></b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
103 Refleksi Otak, Sutradara Wanggi Hoediayatno 102. </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Instalasi Rindu - Eksplorasi Kreatif Teater Cassanova - Majalengka Culture Center - Teater Tea Majalengka, GK. Bina Asih Majalengka, Ruang Budaya Kedai Mediterrazia Bandung<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> 101. Perburua vs Pelarian <i>“dalam musium tubuh mati”</i> teks A.Ad Sutradara M.Wail Irsyad. 100. Waiting For Godot, teks Samuel Backet, Sutradara I Made Sudana. 99. Sandek Pemuda Pekerja Kolaborasi Teater Cassanova dan Syarekat Ababil, teks Arifin C Noer, Sutradara Taufik Darwis.98. Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, Lapangan Universitas Nahdhatul Wathon, Tanjung Lombok Utara. 97. Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, Teater Tertutup Taman Budaya NTB. 96. Malam Pelarian, Eksplorasi Teater Cassanova, Sutradara I Made Sudana, Lapangan Kampung Seni Majalengka. 95. Instalasi Rindu – Eksplorasi Kreatif Indonesia-Australia, Ruang Budaya Kedai Mediterrazia Bandung. 93.94. Teater Musikal “7 Bintang Pertama” 9 lagu beraliran Dramatic Rock disutradarai oleh 4 sutradara Teater Cassanova (Irwan Jamal, M. Wail Irsyad, Aguste Dharma, Ocky SandiLemon), GK. Sunan Ambu STSI Bandung. 92. Hamlet Machine, teks Heiner Muller, sutradara Irwan Jamal, Ruang Budaya Kedai Mediterrazia Bandung. 90.91. Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, Ruang Budaya Kedai Mediterrazia Bandung. 88.89. Teater Musikal “The Song Of Ravana”, “Nyanyian Padang Tandus”, “Air Api”, karya Teater Casanova, GK. Sunan Ambu STSI Bandung.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="color: white;"><br />
<div>2009</div></div><div style="color: white; text-align: justify;">87. Pengadilan Para Aktor, karya dan sutradara Teater CasaNova, Gd. Sanusi Unpad Bandung. 86. Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, Studio Teater Awal UIN Bandung. 82.83.84.85 Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, Gd. Musadaddiyah Garut. 78.79.80.81 Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, GK. Nyi Mas Rarasantang Cirebon. 77. Rahwana Sinta, teks versus Hermawan Aksan - Ocky SandiLemon, Sutradara Dian Ardiansyah, GGM Majalengka. 76. Sajak Sang Rumi, teks Jalaludin Rumi, sutradara Ocky SandiLemon, Panggung Teratai Outdoor STSI Bandung. 75. Universitas Orang-Orang Mati, karya Irwan Jamal, sutradara Dian Ardiansyah, GK. Dewi Asri STSI Bandung. 74. Ballada Fragmen Ritus Waktu, karya dan sutradara Irwan Jamal, Oyag Forum GK. Dewi Asri STSI Bandung. 73. Ballada Fragmen Ritus Waktu, karya dan sutradara Irwan Jamal, Pentas Teater Hasil Kurasi, Teater Kecil TIM Jakarta. 72. Hutan Hujan Malam Pelarian, teks versus Irwan Jamal – Dian Ardiansyah, sutradara Dian Ardiansyah, Teater Kebon STSI Bandung. 71. Drama Tanda Tanya, karya dan sutradara Irwan Jamal, Rumah Dunia Serang Banten. 70. Drama Tanda Tanya, karya dan sutradara Irwan Jamal, Blue Stage UNPAD Jatinangor.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2008</div><div style="color: white; text-align: justify;">69. Drama Tanda Tanya, karya dan sutradara Irwan Jamal, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. 68. Drama Tanda Tanya, karya dan sutradara Irwan Jamal, Gedung Indonesia Menggugat Bandung. 67. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, ITT Textil Bandung. 66. End Game, karya Irwan Jamal, sutradara Irwan Jamal, GK Dewi Asri STSI Bandung. 65. Sitti Nurbaya Elektronika, karya Irwan Jamal, sutradara Medisu dan Dian Ardiansyah, UNPAD Jatinangor. 64. Sitti Nurbaya Elektronika, karya Irwan Jamal, sutradara Medisu dan Dian Ardiansyah, Universitas Maranatha Bandung. 63. Pemutaran perdana Film 5th. Cassanova, Toko Buku Ultimus Bandung. </div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2007</div><div style="color: white; text-align: justify;">62. Ballada, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK. Rumentang Siang Bandung. 61. Mimpi Buruk Yang Indah, karya dan sutradara Irwan Jamal, Toko Buku Ultimus Bandung. 60. Aku Ingin Jadi Peluru, Puisi-Puisi karya Wiji Tukul, sutradara irwan Jamal, UNPAS Bandung. 59. Puisi Godi Suwarna dalam tafsir Dramatik, CCL Bandung 58. Aku Ingin Jadi Peluru, Puisi-Puisi karya Wiji Tukul, sutradara irwan Jamal, UNPAD Jatinangor. 57. Genesis, karya dan sutradara Irwan Jamal, di Trotoar Jalan raya Rajagaluh Majalengka. 56. Genesis, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK Rumentang Siang Bandung. 55. Genesis, karya dan sutradara Irwan Jamal, GOS Patanjala STSI Bandung. 54. Hamlet, karya William Shakespeare, kolaborasi dengan civitas akademika STSI Bandung, sutradara Fathul A Husein, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 53. Merah Putih, karya dan sutradara Irwan Jamal, kolaborasi dengan Keroncong Merah Putih dan Rapper Abiet BEAT A, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 52. Drama Musikal Universitas Orang-Orang Mati, karya Irwan Jamal, sutradara I Made Sudana, Bale Paminton Garut. 51. Drama Musikal Universitas Orang-Orang Mati, karya Irwan Jamal, sutradara I Made Sudana, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 50. Air Api, karya dan sutradara Irwan Jamal, kolaborasi dengan kelompok-kelompok musik rock Bandung. GK Sunan Ambu STSI Bandung.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2006</div><div style="color: white; text-align: justify;">49. Sang Pecinta, karya Irwan Jamal, sutradara Ocky Sandi Lemon, Rumah Kediaman S.E Dewantoro dan Karensa Dewantoro Bandung. 48. Sang Pecinta, karya Irwan Jamal, sutradara Ocky Sandi Lemon, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 47. Memoar Meriam Suara Kemerdekaan, karya dan sutradara Syamsul Fajri Nurawat, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 46. Memoar Meriam Suara Kemerdekaan, karya dan sutradara Syamsul Fajri Nurawat, CCL Bandung. 45. Memoar Meriam Suara Kemerdekaan, karya dan sutradara Syamsul Fajri Nurawat, Toko Buku Ultimus Bandung, 44. Pas Bouger / Tidak Gerak, karya Emmanuel Darley, kolaborasi dengan teater Matahari, sutradara Irwan Jamal, IAIN Serang Banten. 43. Pas Bouger / Tidak Gerak, karya Emmanuel Darley, kolaborasi dengan teater Matahari, sutradara Irwan Jamal, UK PETRA Surabaya. 42. Pas Bouger / Tidak Gerak, karya Emmanuel Darley, kolaborasi dengan teater Matahari, sutradara Irwan Jamal, CCF Bandung. 41. Requiem Semanggi, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, Sabuga Bandung. 40. Requiem Semanggi, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, Kontras Jakarta. 39. Requiem Semanggi, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, GK Mundinglaya STSI Bandung. 38. Requiem Semanggi, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, UNPAD Jatinangor. 37. Requiem Semanggi, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, UNPAS Bandung. 36. Macbeth, karya William Shakepeare, sutradara Irwan Jamal, CCL Bandung. 35. Marat Sade, karya Peter Weiss, pertunjukan kolaborasi, sutradara Karensa Dewantoro, Toko Ultimus Bandung. 34. Marat Sade, karya Peter Weiss, pertunjukan kolaborasi, sutradara Karensa Dewantoro, GK Dewi Asri STSI Bandung.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2005</div><div style="color: white; text-align: justify;">33. Marat Sade, karya Peter Weiss, pertunjukan kolaborasi, sutradara Karensa Dewantoro, CCF Bandung. 32. Fuga Maut, puisi karya Paul Celan, sutradara Irwan Jamal, Teater Kecil / TIM Jakarta. 31. Hutan Hujan Malam Pelarian, karya Irwan Jamal, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, GK Rumentang Siang Bandung. 30. Hutan Hujan Malam Pelarian, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK Dewi Asri STSI Bandung. 29. Hamlet Maschine, karya Heiner Muller, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. 28. Purbakala Kemerdekaan, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK Mundinglaya STSI Bandung. 27. Purbakala Kemerdekaan, karya dan sutradara Irwan Jamal, CCL Bandung. 26. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, Universitas Widyatama Bandung. 25. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, UPI Bandung. 24. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, UNSIL Tasikmalaya. 23. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK Nyi Mas Rara Santang Cirebon. 22. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. 21. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, UNLA Bandung. 20. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, Pesantren Darul Hidayah Bandung. 19. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, Blue Stage UNPAD Jatinangor. 18. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, STIE INABA Bandung. 17. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, Yayasan BIGS Bandung. 16. Universitas Orang-Orang Mati, karya dan sutradara Irwan Jamal, GK Sunan Ambu STSI Bandung. 15. Hamlet Maschine, karya Heiner Muller, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, Societet De Harmonie Makassar. 14. Sirkus Selesai / End Game, karya Samuel Beckett, sutradara Irwal Jamal, Teater Kebon STSI Bandung. 13. Kidung Malam Tahun Baru, karya Rolf Lauchner, sutradara Irwan Jamal, Teater Kebon STSI Bandung. 12. Kidung Malam Tahun Baru, karya Rolf Lauchner, sutradara Irwan Jamal, Trotoar jalan dago Bandung.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2004</div><div style="color: white; text-align: justify;">11. Pictorial, karya dan Sutradara Irwan, Dago Festival Bandung. 10. Pictorial, Dies Natalis STSI Bandung. 9. The Marriage of Terrorist, karya Irwan Jamal, STISI Bandung. 8. Hamlet Maschine vs The Killers, karya Heiner Muller dan Albert Camus, sutradara Syamsul Fajri Nurawat dan Irwan Jamal, UNPAS Bandung. 7. The Killers, re-interpretasi dari naskah Albert Camus berjudul Les Justes sutradara Irwan Jamal, GK Rumentang Siang Bandung. 6. Hamlet Maschine, karya Heiner Muller, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, STAIN Cirebon. 5. Hamlet Maschine, karya Heiner Muller, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta. 4. Hamlet Maschine, karya Heiner Muller, sutradara Syamsul Fajri Nurawat, GK Dewi Asri STSI Bandung, Buah Batu Art Festival.</div><div style="color: white; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: white;">2003</div><div style="color: white; text-align: justify;">3. Testarium / Nabi Kembar karya Slawomir Mrozek, Sutradara Irwan Jamal Taman Budaya Raden Mas Saleh Semarang. 2. Bendera, darah dan air mata puisi karya Saini KM. Puisi dalam tafsir Teatrikal, GK Patanjala STSI Bandung. 1. Testarium / Nabi Kembar karya Slawomir Mrozek, Sutradara Irwan Jamal, GK Sunan Ambu STSI Bandung.</div>TEATER CASSANOVAhttp://www.blogger.com/profile/15064285062515097442noreply@blogger.com4