Oleh: Dian Ardiansyah
Pada sebuah proses pertunjukan teater, seringkali terjadi perdebatan soal otoritas sutradara sebagai penggagas ide pertunjukan dan posisi aktor dalam mencari ruang kreatifnya diatas pentas. Tidak jarang juga kita dengar atau bahkan kita saksikan sendiri bagaimana peran sang sutradara akhirnya mampu membunuh peran sang aktor diatas panggung ketika sang sutradara hanya menjadikan mereka sebagai elemen artistik yang ingin ia tampilkan, aktor tidak lebih sebagai boneka diatas panggung. Atau kita sering melihat bagaimana kelangsungan proses sebuah kelompok teater akhirnya terlalu bergantung pada funding father yang mereka miliki, sehingga akhirnya ketika mereka tak lagi akur dengan funding tersebut maka kelompok teaternya segera menjadi almarhum.
Ini adalah gambaran atau sketsa yang sering kita saksikan sebagai penikmat atau bahkan mungkin kita rasakan sebagai pelakon dalam dunia teater. Semua hal diatas sebenarnya menjadi masalah yang tidak perlu dipusingkan, hanya jika kelompok memiliki satu spirit keberangkatan yang setara. Pada tulisan ini, saya akan mencoba menjelaskan proses berkreatifitas Teater Cassanova selama 7 tahun perjalanannya tanpa pernah bergantung pada funding father dan tetap dapat bekerja secara maksimal.
Membangun mentalitas geng atau tim sepakbola
Di dalam sebuah tim sepakbola, semua pemain menempati posisi masing – masing dan mereka bekerja untuk tujuan yang sama yaitu membuat gol. Begitu juga dalam sebuah geng, peran ketua menjadi sangat tidak dominan karena sewaktu – waktu ketika ia tertembak dan mati oleh geng lain, segera posisi strategis dan taktis tersebut bisa tergantikan dengan cepat. Spirit inilah yang melandasi gaya kerja kami, Teater Cassanova. Di dalam sebuah proses kreatif, posisi sutradara selalu setara dengan aktor. Diskusi dan perdebatan kreatif antara sutradara dan aktor selalu terjadi pada saat evaluasi latihan. Peran sutradara disini tidak lagi sebagai ”Tuhan” pada pertunjukan yang akan dipentaskan, ia menjadi partner seluruh elemen pertunjukan. Mungkin tulisan ini akan dibantah dengan mengatakan bahwa sekalipun dengan gaya otoriter sutradaranya, semua pertunjukan teater tetap memiliki spirit kolektivitas. Akan tetapi, Teater Cassanova selalu beranggapan bahwa kerja tim adalah ketika seluruh komponen tim tersebut mampu memberikan intelektualitasnya secara langsung dengan spirit kesetaraan.
Banyak orang yang menyatakan bahwa sebuah kelompok teater dapat menghasilkan banyak aktor, tetapi mereka tidak dapat mencetak sutradara. Teater Cassanova mencoba untuk mematahkan pernyataan itu, kami membuat beberapa laboratorium di dalam kelompok untuk menemukan metodologi dan formulasi. Hingga saat ini Teater Cassanova telah memiliki 6 orang sutradara, dengan sistem giliran yang diberlakukan di kelompok kami. Soal melahirkan sutradara di dalam kelompok adalah persoalan memberikan ruang bagi seseorang untuk mencipta, soal bagaimana kejembaran hati dalam memberikan orang lain kesempatan untuk membuat sesuatu. Teater Cassanova selalu melakukan pendidikan ini bagi anggotanya yang memiliki minat di bidang sutradara sehingga kami dapat mengukur sejauh mana perkembangan ide kreatif dari tiap sutradara.
Sang Kepala Geng
Teater Cassanova tidak membangun kelompok berdasarkan pola hierarki, sehingga proses pemilihan ketua kelompok juga diajukan secara terbuka setiap tahunnya. Mengapa setiap tahun? ini adalah proses melakukan rotasi yang sehat dan regenerasi yang baik bagi tiap anggota untuk mengembangkan proses nalar kreatifnya. Juga sebagai kelompok muda yang progressif kami merasa perlu untuk membongkar seluruh potensi yang ada pada anggota sehingga seluruh anggota siap untuk melanjutkan misi kelompok di garda depan perteateran Indonesia.
Penjelajahan Seni Tanpa Batas
Spirit penjelajahan seni tanpa batas itu sendiri bukan tanpa makna bagi kami. Kami menyadari bahwa tidak ada yang benar – benar baru di dalam dunia teater, semua bentuk narasi besar teater hingga segala jenis filsafat telah ditelurkan jauh sebelum kita. Akan tetapi, spirit penjelajahan ini lebih pada usaha untuk tidak mengkotak – kotakkan kesenian, tidak terjebak pada satu genre teater yang baku, atau bahkan mencoba menabrak beberapa genre dan gaya.
Pada setiap prosesnya, semua anggota memberikan gagasannya. Justru disini menariknya, terkadang dari seluruh gagasan yang dilontarkan, lahir beberapa ide yang brilian, eksentrik, gila, aneh, dan bahkan brutal dan diterima oleh forum.
Sebagai kelompok muda, spirit penjelajahan seni tanpa batas yang kami dengungkan akan terus dilakukan. Bukan sebagai bentuk kebingungan kami akan identitas kelompok, akan tetapi sebagai wujud dari kehausan kami akan ilmu pengetahuan dan kecintaan kami pada keindahan. Oleh karena itu penjelajahan adalah cara kami untuk menemukan bentuk serta konten yang segar dan selalu dapat dinikmati oleh penonton. Cita – cita sebagai Teater Garda Depan Indonesia bisa segera diwujudkan bukan karena kedekatan dengan media massa dan funding father saja, akan tetapi karena ide – ide sebuah kelompok teater (terutama anak muda) mampu diterima publik dan lebih mengedepankan sisi edukasi massa.